Senin, 15 Mei 2017

Kehilangan Dia ( Sebuah Obituari )

Nestapa adalah aku. Ibu meninggal saat aku  baru masuk sekolah dasar. Sering  nunggak bayaran SPP karena bapak cuma buruh macul. Beruntung aku diberi Allah kelebihan mudah menangkap pelajaran di sekolah sehingga langganan jadi bintang kelas di SD.  Karena ingin sekolah sementara bapak kerepotan, terpaksa aku dan adikku  sejak kecil cari uang buat saku sekolah dan membantu bayar SPP. Dari mulai myempla tempe,  jualan es lilin keliling kampung, kerja di pabrik kerupuk hingga membuat kue biji ketapang yang kemudian dititipkan ke kantin sekolah pernah saya jalanin
                Ditagih guru karena nunggak SPP atau terlambat bayar buku LKS adalah makanan sehari-hariku. Kalau ulangan atau ujian terpaksa antri kartu sementara agar bisa ikut ujian atau tak dikenali ibu kantin karena jarang ke sana adalah merek yang tak dapat aku tolak
                Cukup itu nestapanya? Belum. Di rumahku tinggal juga adik ibuku yang punya penyakit khusus yakni gila. Lik Daisah namanya, ia galak, ia sering nyerobot dagangan orang di pasar Banjaran, ia sering muncul tiba-tiba saat teman-temanku main ke rumah.  Namanya juga punya penyakit khusus, jadi ia jarang sakit ( duh padahal ia sakit ya? ) meski jarang mandi, meski sering kena hujan-terik panas berjam-jam. Adik ibuku ini membuatku jadi minder dan tak mau rumahku dikunjungi teman sekolah. Eh tapi kalau ia diejek teman-teman saya di kampung yang nakal-nakal dan sering nyamplongi nya, di kepalaku akan tumbuh tanduk yang siap menerkam. Tapi namanya juga anak-anak kadang-kadang aku ikut dibarisan anak-anak nakal itu, tentu saja ndak ikut-ikutan nyamplongi  ikut lari larian saja. Suer
                Saat SMA, Lik Daisah sempat sembuh sebentar tapi cuma sekitar 40 hari saja ia sembuh. Bahkan setelah sembuh sebentar itu, adik ibuku ini tambah parah tak mau tersentuh air sedikitpun. Kalau disuruh mandi, kamu siap-siap mendapat pentungan dari tangannya yang kotor  karena daki  atau siap-siap mendapat cakaran dari kuku-kukunya yang panjang dan hitam
                Nestapa adalah aku. Tapi itu dulu, sekarang dengan bertambahnya usia dan banyaknya buku yang aku baca, aku tahu bahwa segala sesuatu pasti adaa hikmahnya, sepahit apapun hidupmu
                Lik Daisah tetap nyebelin dimataku. Ia sering mengambil pisau, sandal, piring atau apapun jika kami sedang terlena
                Sebulan lebih, karena jatuh Lik Daisah ndak bisa berjalan lagi. Tapi masih saja kadang nyebelin makanan yang aku bawa kadang ia buang, kadang juga ngromnyah karena makanan yang aku bawa sedikit dengan disertai kata kata dari kebun binatang
                Kemarin, ketika aku selesai acara FLP Tegal, aku ditelpon adikku, adik ibuku sudah tiada. Tiga Allah, andai  aku tahu dia akan pergi cepat, aku akan mentalqian Likku dengan kalimat toyibMu tidak hanya sekedar berdoa setelah salat lima waktu dan salat malam dan setelah tilawah
                Ah, kalau dibagian hidupmu ada orang yang benar-benar yang ingin kamu enyahkan karena membuatmu lebih nestapa, kalau bagian hidupmu adalah keluargamu dan bagian itu benar-benar pergi selamanya, tetap saja kamu akan kehilangan dia. Catat yaaaaaa..

                Tegal, 15 Mei bersama derai airmata


Rabu, 03 Mei 2017

Apapun Profesi Anda, Menulislah

Manfaat menulis banyak sekali. Beberapa diantaranya untuk megikat ilmu, mendapatkan penghasilah, keliling dunia, menyampaikan ide dan gagasan dan menyehatkan
                Terkadang kita beranggapan menulis hanya perlu dipelajari mereka yang berprofesi sebagai sastrawan, kolumnis, jurnalis atau orang-orang yang bercita-cita menjadi penulis. Padahal, seseorang yang berprofesi semisal guru, insinyur, dokter dan lain-lain kalau dia punya keterampilan menulis yang baik bisa menjadi nilai plus
                Insinyur yang bisa menulis dengan baik, akan  mudah baginya untuk menyampaikan gagasan, rancangan dan idenya kepada banyak orang. Tulisannya akan lebih bermanfaat bagi banyak orang jika dia menulis di media atau majalah desain interior, desain rumah atau lainnya.
                Mira W, Marga T yang bergelar dokter membagi ilmu yang dipelajari dari fakultas kedokterannya lewat novel-novel, cerpen-cerpen dengan halus dan tak membuat kening berkerut
                Ali Irfan, penulis buku Hanya 1 Menit, yang berprofesi sebagai guru bisa mendapat penghasilan tambahan ( dari royalti atau honor )  serta menginspirasi guru-guru lainnya agar menjadi guru yang kreatif dan dicintai anak didiknya
                Mario Teguh, Ari Ginanjar, Jamil A Zaini dan sederet motivator lainnya menulis banyak buku. Dengan menulis buku, ilmu mereka, motivasi mereka tidak hanya bermanfaat bagi peserta pelatihan/ seminar mereka saja. Saya misalnya, kerap tergugah semangat untuk menjadi lebih baik setelah membaca buku-buku Jamil A Zaini atau Ippho Santosa misalnya.
                Ibu-ibu yang piawai berkreasi resep masakan, kalau punya keterampilan menulis yang baik bisa menulis buku, misalnya 30 Menu  HarianTanpa MSG atau lainnya
                Ulama yang mahir menulis manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh jamaah yang bisa datang di pengajiaannya, bisa juga jadi refrensi ulama lainnya saat mengisi taklim, atau majelis ilmu
                Banyak orang yang mengalami hal menakjubkan dengan menjadi penulis. Pipiet Senja, penulis lebih dari 100 buku, ketika usia 17 tahun divonis dokter umurnya tak lama lagi karena penyakit thalasemia yang dideritanya
                Dari tahun 1978, karena thalasemianya Pipiet haris bolak balik rumah sakit untuk cuci darah. Karena tekadnya yang kuat, Pipiet menulis di mana saja, kapan saja termasuk bangsal rumah sakit. Sekarang, selain telah menulis ratusan buku, Pipiet Senja kerap ke luar negeri seperti Malaysia, Taiwan, Singapura, Arab Saudi, Hongkong untuk mengisi pelatihan menulis bagi TKW di sana
                Setali tiga uang dengan Pipiet Senja, Asma Nadia Kecil juga bermasalah dengan kesehatannya. Gegar otak, asma, giginya rompang danbermasalah. Asma kecil sering bolak balik rumah sakit. Meski begitu, Asma bertekad melawan sakitnya dengan banyak belajar, membaca dan menulis.
                Sekarang siapa tak kenal Asma Nadia? 50 puluh buku yang ditulisnya kebanyakan laris di pasaran, beberapa diantaranya diangkat ke layar lebar dan layar kaca. Sebut saja Emak Ingin Naik Haji, Surga Yang Tak Dirindukan, Catatan Hati Seorang Isteri dan lainnya. Asma punya julukan Jilbab Traveler karena telah mengunjungi  banyak negara berkat menulis. Asma mendirikan penerbitan dan rumah baca untuk kaum duafa yang tersebar di mana-mana
                Ada banyak lagi tokoh yang mendapat keajaiban setelah menulis. Saya ambil contoh Ajip Rosidi dan D Zawawi Imron. Meski keduanya secara formal tak tamat SMA, tapi keilmuannya tak terbantahkan. Ajip pernah diangkat menjadi guru besar tamu sekolah dan Universitas di Jepang. D Zawawi Imron selain dikenal sebagai penyair, pelukis, beliau juga adalah dosen dan ulama yang disegani.
                Saya pribadi dari 2009 sampai sekarang menjadi loper koran. Sembari menekuni pekerjaan, saya banyak membaca dan belajar menulis dengan mengikuti pelatihan kepenulisan baik di dalam maupun luar kota. Sekarang berkat menulis, saya bisa bertemu penulis-penulis hebat seperti Pipiet Senja, D Zawawi Imron, Asma Nadia dan banyak lagi. Sekarang saya juga nyambi jadi guru eskul jurnalistik untuk siswa sekolah dasar, kadang mengisi pelatihan kepenulisan dan lainnya.
                Jadi, apapun profesi anda, menulislah. Dan bersiaplah menyambut hal-hal yang menakjubkan menyapa Anda.



Sutono Adiwerna adalah, Cerpenis, Guru Eskul Jurnalistik, Loper Koran, Ketua FLP Tegal tinggal di Kab Tegal

Senin, 01 Mei 2017

Gadis Kecil di Tepi Teluk Kiluan

                Judul Buku : Pemetik Gelombang
            Pengarang : Agus Kindi dkk
            Penerbit : Leutika Prio, Yogyakarta
            Cetakan 1 : Februari 2017
            Tebal buku : 152 halaman
            ISBN : 978-602-371-375-5
                Cerita yang baik adalah cerita yang sudah ditulis, cerita yang telah dirampungkan ( Agus Kindi, halaman 1 )
                Juariah adalah gadis kecil bisau di Tepi Teluk Kiluan. Semenjak Emaknya meninggal ditikam belati orang bertopeng, Ayahnya kerap menampar, menendang hingga menyulut Juariah dengan putung rokok yang masih menyala. Bagi  Bonas ( Ayahnya ), Juariah adalah anak pembawa sial
                Beruntung, Juariah memiliki Minan Nci, adik kandung Emak yang sayang padanya.
                Minan Nci selalu melindungi Juariah dari kekejaman Bonas
                Suatu hari, Bonas tak mendapat apapun dari laut. Padahal dia sudah melaut selama 2 hari. Karena tidak mendapat ikan satupun, Bonas menganggap hal ini karena Juariah. Bonas nyaris menghabisi nyawa anak kandungnya itu. Lagi-lagi Manin Nci menjadi malaikat penyelamat Juariah
                Juariah sedikit lega ketika Bonas melaut dan berhari-hari tak kembali ke Tepi Teluk Kiluan. Artinya, Juariah sementara terbebas dari kebengisan ayahnya sendiri.
                Ternyata kebahagiaan yang dialami Juariah tak berlangsung lama. Setahun kemudian, Bonas Pulang ke Teluk Kiluan bersama isteri barunya. Juariah nelangsa ketika Bonas, mengenalkan Juariah kepada perempuan cantik itu sebagai anak pembawa sial
                Bagaimana kisah selanjutnya? Siapa sih orang bertopeng yang membunuh Emak Juariah? Adakah hubungannya dengan Manin Nci?
                Pemetik Gelombang merangkum 12 cerpen dari 12 penulis yang berbeda
                Selain cerpen Pemetik Gelombang ( Wulan Ews ) yang memikat, adapula  cerpen Dahlia dan Malaikat Kecilnya ( Sutono Adiwerna ), Lelaki Yang Cemburu Pada Hujan ( Anindya Alin ), Lelaki dan Boneka Taman ( Agus Kindi ),  Lelaki yang Memeluk Matahari ( Dwi Astuti ) dan cerpen lainnya yang tak kalah menarik
                Kelebihan kumpulan cerpen ini, kaver, layout, memikat. Cerpen-cerpen  yang disajikan beragam dan kaya tema. Mungkin karena para penulisnya dari beragam daerah dan profesi.
                Khusus cerpen Pemetik Gelombang, endingnya mengejutkan, alur dan settingnya cukup kuat.
                Tapi seperti halnya sebuah karya, pasti tak ada gading yang tak retak. Ada satu atau dua cerpen yang ceritanya klise dan mudah ditebak. Lain daripada itu, kumpulan cerpen ini layak menjadi pelengkap koleksi buku fiksi anda


                Resensor : Sutono Adiwerna. Penulis, Ketua FLP Tegal, Pegiat Rumah Baca di Kab Tegal.

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna