Rabu, 03 Mei 2017

Apapun Profesi Anda, Menulislah

Manfaat menulis banyak sekali. Beberapa diantaranya untuk megikat ilmu, mendapatkan penghasilah, keliling dunia, menyampaikan ide dan gagasan dan menyehatkan
                Terkadang kita beranggapan menulis hanya perlu dipelajari mereka yang berprofesi sebagai sastrawan, kolumnis, jurnalis atau orang-orang yang bercita-cita menjadi penulis. Padahal, seseorang yang berprofesi semisal guru, insinyur, dokter dan lain-lain kalau dia punya keterampilan menulis yang baik bisa menjadi nilai plus
                Insinyur yang bisa menulis dengan baik, akan  mudah baginya untuk menyampaikan gagasan, rancangan dan idenya kepada banyak orang. Tulisannya akan lebih bermanfaat bagi banyak orang jika dia menulis di media atau majalah desain interior, desain rumah atau lainnya.
                Mira W, Marga T yang bergelar dokter membagi ilmu yang dipelajari dari fakultas kedokterannya lewat novel-novel, cerpen-cerpen dengan halus dan tak membuat kening berkerut
                Ali Irfan, penulis buku Hanya 1 Menit, yang berprofesi sebagai guru bisa mendapat penghasilan tambahan ( dari royalti atau honor )  serta menginspirasi guru-guru lainnya agar menjadi guru yang kreatif dan dicintai anak didiknya
                Mario Teguh, Ari Ginanjar, Jamil A Zaini dan sederet motivator lainnya menulis banyak buku. Dengan menulis buku, ilmu mereka, motivasi mereka tidak hanya bermanfaat bagi peserta pelatihan/ seminar mereka saja. Saya misalnya, kerap tergugah semangat untuk menjadi lebih baik setelah membaca buku-buku Jamil A Zaini atau Ippho Santosa misalnya.
                Ibu-ibu yang piawai berkreasi resep masakan, kalau punya keterampilan menulis yang baik bisa menulis buku, misalnya 30 Menu  HarianTanpa MSG atau lainnya
                Ulama yang mahir menulis manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh jamaah yang bisa datang di pengajiaannya, bisa juga jadi refrensi ulama lainnya saat mengisi taklim, atau majelis ilmu
                Banyak orang yang mengalami hal menakjubkan dengan menjadi penulis. Pipiet Senja, penulis lebih dari 100 buku, ketika usia 17 tahun divonis dokter umurnya tak lama lagi karena penyakit thalasemia yang dideritanya
                Dari tahun 1978, karena thalasemianya Pipiet haris bolak balik rumah sakit untuk cuci darah. Karena tekadnya yang kuat, Pipiet menulis di mana saja, kapan saja termasuk bangsal rumah sakit. Sekarang, selain telah menulis ratusan buku, Pipiet Senja kerap ke luar negeri seperti Malaysia, Taiwan, Singapura, Arab Saudi, Hongkong untuk mengisi pelatihan menulis bagi TKW di sana
                Setali tiga uang dengan Pipiet Senja, Asma Nadia Kecil juga bermasalah dengan kesehatannya. Gegar otak, asma, giginya rompang danbermasalah. Asma kecil sering bolak balik rumah sakit. Meski begitu, Asma bertekad melawan sakitnya dengan banyak belajar, membaca dan menulis.
                Sekarang siapa tak kenal Asma Nadia? 50 puluh buku yang ditulisnya kebanyakan laris di pasaran, beberapa diantaranya diangkat ke layar lebar dan layar kaca. Sebut saja Emak Ingin Naik Haji, Surga Yang Tak Dirindukan, Catatan Hati Seorang Isteri dan lainnya. Asma punya julukan Jilbab Traveler karena telah mengunjungi  banyak negara berkat menulis. Asma mendirikan penerbitan dan rumah baca untuk kaum duafa yang tersebar di mana-mana
                Ada banyak lagi tokoh yang mendapat keajaiban setelah menulis. Saya ambil contoh Ajip Rosidi dan D Zawawi Imron. Meski keduanya secara formal tak tamat SMA, tapi keilmuannya tak terbantahkan. Ajip pernah diangkat menjadi guru besar tamu sekolah dan Universitas di Jepang. D Zawawi Imron selain dikenal sebagai penyair, pelukis, beliau juga adalah dosen dan ulama yang disegani.
                Saya pribadi dari 2009 sampai sekarang menjadi loper koran. Sembari menekuni pekerjaan, saya banyak membaca dan belajar menulis dengan mengikuti pelatihan kepenulisan baik di dalam maupun luar kota. Sekarang berkat menulis, saya bisa bertemu penulis-penulis hebat seperti Pipiet Senja, D Zawawi Imron, Asma Nadia dan banyak lagi. Sekarang saya juga nyambi jadi guru eskul jurnalistik untuk siswa sekolah dasar, kadang mengisi pelatihan kepenulisan dan lainnya.
                Jadi, apapun profesi anda, menulislah. Dan bersiaplah menyambut hal-hal yang menakjubkan menyapa Anda.



Sutono Adiwerna adalah, Cerpenis, Guru Eskul Jurnalistik, Loper Koran, Ketua FLP Tegal tinggal di Kab Tegal

4 komentar:

  1. menulis itu buat saya semacam me time dan terapi emosi, misal lagi bete capek yaudah nulis, efeknya happy dan makin happy klo tulisan saya bermanfaat :) ini artikelnya dimuat dimana mas? selamat yaaa

    BalasHapus
  2. Koran Radar Tegal, koran lokal mbak. terimakasih sudah mampir

    BalasHapus
  3. Waaah...salut sama mas :) menulis di mana saja kapan saja...butuh tekad kuat!

    BalasHapus
  4. terimakasih banyak atas kunjungannya..

    BalasHapus

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna